Lestarikan Budaya Topeng Lewat Aplikasi Buatan Yogya

Lestarikan Budaya Topeng Lewat Aplikasi Buatan Yogya - Sekelompok Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta mengembangkan aplikasi “ARTopeng” sebagai media interaktif pengenalan topeng nusantara.

Kelompok yang terdiri dari Hardika Dwi Hermawan, Dias Aziz Pramudita, Anis Khoerun Nisa ini membuat “ARTopeng” dengan teknologi Augmented Reality berbasis komputer.

Software Keren untuk Belajar Topeng

Hardika Dwi Hermawan atau Dika, sapaan akrabnya, menjelaskan bahwa sistem kerja aplikasi “ARTopeng” sangatlah mudah. User cukup memakai ikat kepala yang ditempeli marker kemudian menghadapkan wajahnya ke komputer. Secara otomatis wajah user akan berganti menjadi salah satu jenis topeng nusantara sesuai dengan marker yang dipakai.

Lestarikan Budaya Topeng Lewat Aplikasi Buatan Yogya

“Aplikasi ini dapat diinstal dengan mudah dan hanya mensyaratkan jenis komputer atau laptop yang memiliki kamera depan atau webcam," ujar Hardika, Senin 15 September 2014.

ingga dapat menggabungkan dunia nyata dan dunia maya secara realtime.

Hingga saat ini, kata Hardika, timnya telah mengembangkan 4 (empat) jenis marker yang dapat memberikan gambaran jenis Topeng dari daerah Yogyakarta, Cirebon, Surakarta dan Bali.

“Tentunya ke depan kami ingin terus mengembangkan aplikasi ini karena di Indonesia sendiri memiliki puluhan atau bahkan ratusan jenis topeng yang tersebar di seluruh pelosok negeri," jelasnya.

Topeng-topeng tersebut merupakan kekayaan budaya bangsa yang bahkan tidak dimiliki oleh negara lain. Jadi sudah sepatutnya untuk dilestarikan dan dikenalkan kepada para masyarakat bahkan dunia internasional

Lestarikan Budaya Topeng Lewat Aplikasi

Aplikasi Buatan Yogya

“Hingga saat ini saya belum pernah menemui media yang memudahkan kita untuk mengenal kebudayaan topeng nusantara. Gelombang globalisasi yang masuk ke Indonesia membuat kebudayaan-kebudayaan lokal yang ada di Indonesia menjadi semakin terkikis keberadaannya, tidak terkecuali seni Topeng”, ungkap mahasiswa angkatan 2011 ini.

“Aplikasi kami terbukti mampu melahirkan jenis interaksi baru antara manusia dan komputer dalam pengenalan budaya topeng nusantara melalui teknologi Augmented Reality sehingga harapannya aplikasi ini mampu menjadi media yang efektif untuk mengenalkan topeng nusantara Indonesia," jelasnya lagi.

Selain memberikan gambaran topeng secara realtime, aplikasi ini juga memberikan output suara tentang deskripsi topeng yang dikenakan user.

"Aplikasi ini merupakan wujud peran dan tanggung jawab besar kami sebagai generasi muda untuk mempertahankan dan melestarikan keberadaan warisan-warisan luhur budaya bangsa," lanjut dia.

Pernah lihat polisi di suatu film menggunakan software pengenal wajah untuk mencari nama penjahat? Nah, inovasi buatan mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ini mirip dengan piranti lunak tersebut.

Bedanya, software buatan Hardika Dwi Hermawan, Dias Aziz Pramudita, dan Anis Khoerun Nisa ini dibuat untuk mengenali beragam topeng Nusantara. Namanya, "ARTopeng".

Menurut Hardika Dwi Hermawan, ARTopeng merupakan media interaktif dengan Augmented Reality berbasis komputer. Penggunaan aplikasi ini pun tidak sulit. Pengguna cukup memakai ikat kepala yang ditempeli penanda (marker) dan menghadapkan wajahnya ke komputer. Nantinya, wajah pengguna akan secara otomatis berganti menjadi salah satu jenis topeng Nusantara sesuai dengan marker yang dipakai.

"Aplikasi ini dapat di-install dengan mudah dan hanya mensyaratkan jenis komputer atau laptop yang memiliki frontcam atau komputer dengan webcam," kata Dika, seperti dinukil dari laman UNY.

Penggunaan Augmented Reality, kata Dika, memungkinkan penggabungan dunia nyata dan dunia maya secara realtime. Selain memberikan gambaran topeng, aplikasi ARTopeng juga memberikan deskripsi topeng yang dikenakan pemakai melalui media suara.

Dika mengimbuhkan, ARTopeng merupakan wujud peran dan tanggung jawab mereka untuk mempertahankan dan melestarikan warisan luhur budaya Tanah Air. Hingga kini, Dika dan timnya telah mengembangkan empat jenis marker untuk menggambarkan topeng dari daerah Yogyakarta, Cirebon, Surakarta dan Bali. Dika berharap, mereka dapat mengembangkan aplikasi ini mengingat kekayaan kesenian topeng di Indonesia begitu banyak.

"Topeng-topeng tersebut merupakan kekayaan budaya bangsa yang bahkan tidak dimiliki oleh negara lain. Jadi sudah sepatutnya untuk dilestarikan dan dikenalkan kepada para masyarakat bahkan dunia internasional," imbuhnya.

Belum ada Komentar untuk "Lestarikan Budaya Topeng Lewat Aplikasi Buatan Yogya"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel